Hi, kami PSDM Consulting
your healing partner
19 March 2025
Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga mengajarkan kita untuk lebih sabar, mengontrol emosi, serta mengendalikan hawa nafsu. Dari sisi psikologi, puasa memiliki manfaat besar dalam melatih pengendalian diri (self-control), meningkatkan kesadaran diri (self-awareness), dan menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.
Puasa sebagai Latihan Pengendalian Diri
Pengendalian diri adalah keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog dari UGM, menjelaskan bahwa puasa membantu seseorang belajar menunda gratifikasi atau keinginan instan. "Saat berpuasa, kita berlatih untuk menunda pemenuhan kebutuhan, baik dari sisi makanan, emosi, maupun hal lainnya," ujarnya dalam diskusi di Pojok Bulaksumur UGM.
Sering kali, kita cenderung bertindak impulsif—makan berlebihan, mengeluarkan uang tanpa berpikir panjang, atau merespons sesuatu secara emosional. Dengan berpuasa, kita belajar untuk lebih mengendalikan dorongan tersebut sehingga menjadi pribadi yang lebih bijaksana.
Menariknya, puasa juga berdampak positif pada ketenangan jiwa. Penelitian dari National Institute of Aging di Amerika Serikat menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan otak serta mengurangi risiko gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Hal ini karena puasa membantu meningkatkan fungsi otak dan mengurangi peradangan yang berkaitan dengan stres.
Selain itu, aktivitas ibadah yang meningkat selama Ramadan, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir, turut merangsang produksi hormon endorfin yang berfungsi sebagai pereda stres alami. Tak heran jika banyak orang merasa lebih damai dan tenteram selama bulan suci ini.
Momen untuk Evaluasi Diri
Ramadan juga menjadi kesempatan untuk merefleksi diri. Dengan menahan diri dari berbagai kebiasaan sehari-hari, kita lebih mudah menyadari pola hidup dan sikap kita. Apakah kita sering berbicara tanpa berpikir? Apakah kita terlalu konsumtif? Sudahkah kita bersyukur atas apa yang kita miliki?
Direktur Halal Research Center UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D., dalam seminar kesehatan Ramadan yang digelar di UGM awal Maret 2025, menekankan pentingnya memilih makanan sehat saat berbuka dan sahur. "Pilih bahan yang segar karena kandungan gizinya lebih lengkap dan masih terjaga," katanya. Ini menjadi pengingat bahwa pola makan sehat tidak hanya penting selama Ramadan, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak Jangka Panjang: Hidup Lebih Terkendali dan Bahagia
Lebih dari sekadar ibadah tahunan, puasa bisa menjadi latihan bagi kehidupan setelah Ramadan. Kebiasaan baik yang terbentuk selama sebulan penuh dapat membantu kita mempertahankan pola makan yang lebih sehat, emosi yang lebih stabil, dan pengendalian diri yang lebih baik.
Jadi, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang membentuk diri menjadi pribadi yang lebih baik. Jika kita mampu menerapkan nilai-nilai puasa dalam kehidupan sehari-hari, maka Ramadan akan menjadi momentum perubahan yang berarti.
Jika kamu membutuhkan pendampingan lebih lanjut dalam mengelola emosi, stres, atau ingin berkonsultasi tentang kesehatan mental selama Ramadan, Biro PSDM Consulting siap membantu kamu. Jangan ragu untuk menghubungi kami dan temukan solusi terbaik untuk kesejahteraan mentalmu!
Kontributor: Abdul Khair